RINGKASAN DISERTASI RAKYAT MISKIN DAN PEREBUTAN RUANG KOTA DI SURABAYA TAHUN 1900–1960-an
Abstract
seek livelihood. From time to time, the number of city dwellers increases continuously.
At the same time, the city is also expanded. This condition affects the waysthe poor
access city space to reside. Poor people do not have access to city space legally. In
order to survive in the city, they often took over the city space ilegally. The poorhas
tostruggle in various ways in order to obtain space to live in Surabaya. This paper
reveals the struggle of the poor for accessing city space in Surabaya.The city was
developed to be the center of government and the center of leading industry and
business in Indonesia, all at once. Since the early twenty century until 1960s, the
struggle for cityspace in Surabaya involving the poor can be divided into two periods.
Firstly, defensive period, which went on until the infiltration of Japan inIndonesia. In
this period the struggle forcity space involved the poor, landlords and gemeente (municipality). The struggle for cityspace happened at private lands. Secondly, offensive
period, which went on since the beginning of Indonesia’s independence until the 1960s.
In this period the struggle for cityspace had extended to public spaces involving the
poor, City Government and other communities.
Keywords: poor people, city space, Surabaya
Full Text:
PDFReferences
Abdulgani, Roeslan. 1975. 100 Hari di Surabaya yang Menggemparkan Dunia:
Kisah Singkat tentang Kejadian-kejadian di Kota Surabaya antara Tanggal 17
Agustus s/d Akhir November 1945, 28 Tahun Berselang. Jakarta: Yayasan Idayu.
Ala, A.B. 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty.
Albrecht, J.E. 1890. Soerat Karangan dari pada Hal Keadaan Bangsa Tjina di Negri
Hindia Olanda. Batavia: Albrecht & Rusche.
Anonim. 1888-1916. Regeeringsalmanaak van Nederlandsch-Indie. Batavia: TP.
Basundoro, Purnawan. 2005. “Problem Permukiman Pascarevolusi Kemerdekaan:
Studi tentang Permukiman Liar di Kota Surabaya 1945–1960,” dalam Freek
Colombijn et. al., (ed.). Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia.
Yogyakarta: Ombak.
Basundoro, Purnawan. 2009. Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang sejak
Kolonial sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak.
Basundoro, Purnawan. 2010. “Memerahkan Kota Pahlawan: Pergulatan Partai Komunis Indonesia di Kota Surabaya 1945-1965”, dalam Sri Margana dan M.
Nursam (ed). Kota-kota di Jawa: Identitas, Gaya Hidup dan Permasalahan
Sosial. Yogyakarta: Ombak.
Bergel, E.E. 1968. Urban Sociology. New York: Penguin Book.
Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Alumni.
Departement van Economische Zaken. 1934. Volkstelling 1930 deel III: inheemsche
bevolking van Oost-Java. Batavia: Landsdrukkerij.
Drakakis-Smith, David. 1987. The Third World City. London: Methuen
Duverger, Maurice. 1981. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.
Frederick, William H. 1989. Pandangan dan Gejolak: Masyarakat Kota dan Lahirnya
Revolusi Indonesia (Surabaya 1926–1946). Jakarta: Gramedia .
Gementeraad Soerabaja. 1941. Notulen en gemeentebladen van de openbare vergadering van den stadsgemeenteraad van Soerabaja gehouden op 5 Februari 1941.
Gunawan, Restu. 2010. Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari
Masa ke Masa. Jakarta: Kompas.
Hageman, J. Oostelijk, Java en Madoera, II prgf. 108. Koleksi KITLV .
Hariyono, Paulus. 2007. Sosiologi Kota untuk Arsitek. Jakarta: Bumi Aksara.
Ingleson, John. 1986. In Search of Justice: Workers and Union in Colonial Java,
–1926. Singapore: Oxford University Press.
Ingleson, John. 2004. Tangan dan Kaki Terikat: Dinamika Buruh, Sarekat Kerja dan
Perkotaan Masa Kolonial. Jakarta: Komunitas Bambu .
Jellinek, Lea. 1994. Seperti Roda Berputar: Perubahan Sosial Sebuah Kampung di
Jakarta. Jakarta: LP3ES .
Kantor voor Bevolkingszaken Soerabaja. 1946. Procureur-general bij het hooggerechtshof Nederlandsch-Indie 1945–1950. Koleksi Nationaal Archief Den Haag
No. Inventaris 1135.
Koesmen, Sjamsu dan Pangestu B.W. 1957. Buku Petundjuk Kota Besar Surabaja.
Surabaya: Djawatan Penerangan Kota Besar Surabaja.
Korver, A.P.E. 1985. Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil? Jakarta: Grafiti.
Noordjanah, Andjarwati. 2010. Komunitas Tionghoa di Surabaya (1900–1946).
Yogyakarta: Ombak.
Poerwopranoto, S. 1953. Penuntun tentang Hukum Tanah (Agraria). Semarang:
Astanabuku “Abede”.
Prins, Wil J.M. and Peter J.M. Nas. 1983. “The Struggle for The Third World City”
dalam G. Ansari and P.J.M. Nas (ed.). Town-Talk: The Dynamics of Urban
Antropology. Leiden: Brill .
Slamet, M. 1946. Tipoe Moeslihat Djepang. Betawi: TP.
Suparlan, Parsudi. 1974. “The Gelandangan of Jakarta: Politics among the Poorest
People in the Capital of Indonesia,” dalam Indonesia, Vol. 18.
Suparlan, Parsudi. 1993. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan untuk Antropologi
Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tauchid, Mochammad. 2009. Masalah Agraria sebagai Masalah Penghidupan dan
Kemakmuran Rakyat Indonesia. Yogyakarta: STPN Press.
Tillema, H.F. 1915–1923. Kromoblanda: Over ‘t vraagstuk van “het wonen” in
Kromo’s grote land, 6 Jilid. ’s-Gravenhage: Uden Masman, De Atlas dan Adi
Poestaka.
Tjerdik, Si. 1931. Melantjong ka Soerabaia. Semarang: Boekhandel Kamadjoean.
Toer, Pramoedya Ananta. 2007. Bumi Manusia. Jakarta: Lentera Dipantara.
Veth, P.J. 1882. Java: geographisch, ethnologisch, historisch. Harleem: de Erven F.
Bohn.
Jurnal
Heemstra, J. 1940. “Particuliere landerijen in en om Soerabaia”, dalam Koloniaal
Tijdschrift, 29E Jaargang.
Ingleson, John. 1988. “Urban Java during the Depression”, dalam Journal of Southeast
Asian Studies, Vol. XIX, No. 2, September.
Kal, H. Th. 1906. “Mededeelingen over de hoofdplaats Soerabaja”, dalam Tijdschrift
voor het Binnenlandsch Bestuur. Een-en-Dertigste Deel.
Vreede, A.G. 1932. “De Werkloosheid in het eerste halfjaar 1932”, dalam Kolonale
Studien, Zestiende Jaargang, Tweede Deel.
Surat Kabar
“Asrama Peneleh Penoeh Pengoengsi”, Pelita Rakjat, 3 Juni 1947
“Dari 10.000 Orang Bambungan Tinggal 1.500 Orang”, Pewarta Surabaja, 13 Desember 1954.
“Di Surabaya terdapat 18.000 Gelandangan dan Wanita Tunasusila”, Perdamaian, 23
Maret 1961.
“Djuru Bitjara Kotapradja: Bangunan2 Liar di Kuburan Tionghoa Timbulkan Berbagai
Kesukaran”, Pewarta Surabaja, 26 Agustus 1958.
“Dr. Satryo: Program Politik, Ekonomi dan Sosial bagi Surabaja di Bawah Pimpinannja”, Surabaja Post, 13 Juni 1958.
“Kasian,” Pewarta Soerabaia, 7 Mei 1920.
“Kaum Rasialis, Gerakan Pembongkaran Kuburan Cina”, Trompet Masjarakat, 30
Januari 1964.
“Kenpei Djepang Soedah Menjerah pada Rakjat Indonesia, Pertempoeran Seroe” ,
Soeara Rakjat, 2 Oktober 1945.
“Lagi Djalanan di Embong Malang”, Pewarta Soerabaia, 28 Oktober 1939.
“Nasib atau Pembawaan?” Djawa Post, 10 Januari 1953.
“Orang Bambungan Dikumpulkan”, Pewarta Surabaja, 8 Mei 1952.
“Pemakaian Tanah Kuburan2 Cina Dilarang Keras”, Pewarta Surabaja, 14 Maret
“Pembersihan Perumahan Liar”, Perdamaian, 16 Februari 1952.
“Pemoelangan Pengoengsi Tionghoa Mengalir Teroes” , Pelita Rakjat, 1 Juli 1947.
“Pendjelasan Soerabaja-Syuurei No. 2”, Pewarta Perniagaan, 4 Mei 1943.
“Pengoengsi Datang Lagi”, Pelita Rakjat, 9 Juni 1947.
“Peristiwa Pakis”, Surabaya Post, 23 Mai 1956.
“Rapat Penerangan mengenai Penutupan Tanah Kuburan Tionghoa”, Pewarta
Surabaja, 19 Maret 1958.
“Razia Bambungan,” Djawa Post, 11 Oktober 1952.
“Soeara2 Pelarian dari Bodjonegoro-Lamongan”, Soember Penerangan, 30 November
“Taksir Harganja Tanah-tanah Particulier”, Pewarta Soerabaia, 22 April 1920.
“Tindakan Pertama Walikota Baru: Pembersihan terhadap Orang2 Terlantar dan
Pelatjuran”, Pedamaian, 21 Februari 1952.
“Tradisi Memperlambat Pembangunan? Surabaya Terdapat 5.000 Perumahan Liar” ,
Perdamaian, 11 Januari 1952.
“Usaha Menampung Bambungan Menemui Djalan Buntu”, Perdamaian, 30 April
“Usaha PKI: Walikota Komunis untuk Surabaja”, Surabaja Post, 19 Juli 1957.
“1.000 orang Djepang Ditahan di Oedjoeng”, Soeara Rakjat, 5 Oktober 1945.
“6.000 orang Djepang Telah Berada Didalam Roemah Pendjara Soerabaja”, Soeara
Rakjat, 5 Oktober 1945.
“713 Bambungan Dikumpulkan”, Pewarta Surabaja, 28 Mei 1952.
Refbacks
- There are currently no refbacks.