REKOGNISI ADAT DALAM PENGEMBANGAN MERAUKE INTEGRATED FOOD AND ENERGY ESTATE DI PAPUA, INDONESIA

Rosita Dewi

Abstract

Pemerintah Indonesia memberikan otonomi khusus (otsus) untuk Papua sebagai win-win solution upaya penyelesaian konflik di Papua. Otsus tersebut memberikan jaminan rekognisi bagi Papua secara legal. Meskipun demikian, orang Papua tidak puas dengan rekognisi tersebut karena adanya gap yang sangat luas antara pelaksanaan rekognisi dalam pandangan pemerintah dengan bentuk rekognisi yang diharapkan oleh orang Papua. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah melakukan “pembajakan†terhadap pelaksanaan rekognisi Papua sehingga terjadi korupsi terhadap rekognisi (corrupted recognition) melalui pembentukan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) dan pemetaan partisipatif. Hal ini terlihat jelas dalam pengembangan proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Papua. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografis yang mencakup pengamatan terlibat, wawancara, dan studi pustaka.

 

Keywords

recognition, adat, MIFEE, Special Autonomy Law for Papua, Customary Community Council (LMA), and participatory mapping

Full Text:

PDF

References

Awas MIFEE. (n.d.a). An agribusiness attack in West Papua: unraveling the Merauke Integrated Food and Energy Estate. Retrieved from https://awasmifee.potager.org/uploads/2012/03/mifee_en.pdf

Awas MIFEE. (n.d.b). MIFEE diluncurkan kembali, Jokowi ingin bangun 1,2 juta hektare sawah baru dalam 3 tahun!. Retrieved from https://awasmifee.potager.org/?p=1210〈=id

Ada apa di balik pemberian gelar adat?. (2009). Tabloid Jubi. August 27.

Bappenas. (2015). Seri analisis pembangunan wilayah Provinsi Papua 2015. Jakarta: Bappenas.

Borras, S.M. and Franco, J.C. (2011). Political dynamics of land grabbing in Southeast Asia. Amsterdam: TNI.

Borras, S.M., Kay, C., Gomez S., and Wilkinson, J. (2012). Land grabbing and global capitalist accumulation: key features in Latin America.†Canadian Journal of Development, 33 (4), 402-416.

Brink, B. and Owen, D. (Ed). (2007). Recognition and the power: Axel Honneth and the tradition of critical social theory. New York: Cambridge.

Daniel, S. and Mittal, A. (2009). The great land grab rush for world’s farmland threatens food security for the poor. Oakland: The Oakland Institute.

Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). (2008). FAO land tenure studies: compulsory acquisition of land and compensation. Rome: FAO.

Fraser, N. (2003). Shifting paradigm? Recognition and redistribution. In B. Hobson (Ed.), Recognition struggles and social movement: contested identities, agency and power (pp.21-34). Madrid: Cambridge.

Fraser, N. (2007). Re-framing justice in a globalizing world. In T. Lovell (Ed.), (Mis)recognition, social inequality and social justice: Nancy Fraser and Pierre Bourdieu (pp. 17-35). New York: Routledge.

GoI. (2010). Grand design pengembangan pangan dan energy skala luas (Food and Energy Estate) di Merauke. Jakarta: Ministry of Agriculture.

Hall, D., Hirsch, P. and Li, T.M. (2011). Power of exclusion: land dilemmas in Southeast Asia. Singapore: NUS Press.

Honneth, A. (2003). Redistribution as recognition: a response to Nancy Fraser. In N. Frazer and A. Honneth (Eds.), Recognition? A political-philosophical exchange (pp. 110-197). London: Verso.

Jaringan Damai Papua. (2014). Buku saku indikator Papua Tanah Damai: versi masyarakat Papua. Jayapura: JDP.

Kementerian Koordinator Perekonomian Indonesia. (2011). Masterplan percepatan pembangunan dan perluasan ekonomi Indonesia 2011 – 2025. Jakarta: Kementerian Koordinator Perekonomian Indonesia.

Koentjaraningrat, and Bachtiar, H.W. (1963). Penduduk Irian Barat. Jakarta: PT Penerbit Universitas.

Li, T.M. (2001). Masyarakat adat, difference, and the limits of recognition in Indonesia`s forest zone. Modern Asian Studies, 35, 645–676.

Memandang Indonesia dari Merauke. (2009, August 29). Kompas.

Monahan, M. (2006). Recognition beyond struggle: on a liberatory account of Hegelian recognition. Social Theory and Practice, 32, 389-414.

Rulistia, N.D. (2008, July 3). Saudis plan Rp 600b rice estate investment, Jakarta Post. Retrieved from http://www.thejakartapost.com/news/2008/07/03/saudis-plan-rp-600b-rice-estate-investment.html

Papua Statistic. (2015). Papua in figure 2015. Jayapura: Statistic of Papua Province.

Gebze, F. (n.d). Merauke menuju kemakmuran. Presentasi Bupati Merauke (2015 – 2020), unpublished document.

P2EB-UGM. (n.d.). Satu juta hektar lahan Merauke. Unpublished document.

Sieder, R. (2012). The challenge of Indigenous legal system: beyond paradigms of recognition. In The Brown World Journal. 18.

Stephens, P. (2011). The global land grab: an analysis of extant governance institutions. International Affairs Review, XX, 1-21.

Yudhoyono, S. B. (2006, April 5). Sambutan Presiden Republik Indonesia pada acara panen raya padi di Merauke, 5 April 2006. Retrieved from, http://sby.kepustakaan-presiden.pnri.go.id/index.php/pidato/2006/04/05/222.html

Taylor, C. (1994). The politics of recognition. In A. Gutmann and C. Taylor (Eds.), Multiculturalism: examining the politics of recognition (pp.25-74). New Jersey: Princeton University Press.

Widjojo, M. S. et al. (2009). Papua roadmap: negotiating the past, improving the present and securing the future. Jakarta: Yayasan Obor.

Zakaria, R. Y., Kleden, E.O. and Frangky, Y.L. (2011). MIFEE tak terjangkau Angan Malind: catatan atas upaya percepatan pembangunan MIFEE di Kabupaten Merauke, Papua. Jakarta: Yayasan Pusaka.

Xanthaki, A. (2003). Land rights of indigenous people in Southeast Asia. Melbourne Journal in International Law, 4, 467-496.

Copyright (c) 2019 Masyarakat Indonesia
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.