KEBERTAHANAN NILAI RELIGI DAN KEBERLANJUTAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERGELARAN MAENGKET MAKAMBERU

Jultje Aneke Rattu

Abstract

This research discusses religious value’s survival and women’s leadership sustainability of Minahasan in Maengket Makamberu oral tradition. Religious ceremony performances that became on of the performing arts in globalization era has reappeared and integrated with the performing arts in glocalization one. This research uses
a qualitative approach and ethnography method with multidisciplinary concepts, such as oral tradition of Vansina, Ong, and Finnegan, mentalité of Braudel, and gender of Oakley. The results has found that the performances cannot be generalized because their forms are influenced by cultural, social, situational, and ideological contexts. The religious performances have resurfaced in glocalization because the Minahasan’s mentalité has survived. It leads to women’s leadership in performances has continued, although the ideological context has been influenced by
patriarchal system of Christian or Catholic religion. Therefore, it can be concluded that Minahasan performance forms are influenced by the survival of their contexts and religious values and the continuation of women’s leadership caused by their mentalité.


Keywords: Maengket Makamberu, oral tradition survival, women’s leadership, Minahasa religious value


ABSTRAK


Disertasi ini membahas kebertahanan nilai religi dan keberlanjutan kepemimpinan perempuan Minahasa dalam pergelaran tradisi lisan Maengket Makamberu. Pergelaran upacara religi yang telah menjadi pertunjukan seni pada era globalisasi muncul kembali dan berintegrasi dengan pertunjukan seni tersebut pada era glokalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode etnografi dengan konsep yang multidisipliner, seperti konsep
tradisi lisan dari Vansina, Ong, dan Finnegan, mentalité dari Braudel serta gender dari Oakley. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergelaran tradisi lisan tersebut tidak dapat digeneralisasi karena bentuknya dipengaruhi oleh konteks budaya, sosial, situasi, dan ideologi. Pergelaran religi tersebut muncul kembali pada glokalisasi karena bertahannya mentalité Minahasa. Hal itu menyebabkan kepemimpinan perempuan Minahasa dalam pergelaran tersebut berlanjut walaupun konteks ideologinya telah dipengaruhi oleh religi Kristen atau Katolik yang bersifat patriarkal. Dapat disimpulkan bahwa bentuk pergelaran tradisi lisan Minahasa dipengaruhi oleh konteksnya dan nilai religi yang bertahan serta kepemimpinan perempuan yang berlanjut disebabkan oleh mentalité mereka.


Kata kunci: Maengket Makamberu, kebertahanann tradisi lisan, kepemimpinan perempuan, nilai religi Minaha

Full Text:

PDF

References

Bascom, W. R. (1965). Four functions of folklore. Dalam Alan Dundes (Ed.), The study of folklore. New Jersey: Prentice Hall.

Braudel, F. (1993). A history of civilizations. R. Mayne (Terj.). New York: Penguin Books.

Dijk, T. A. Van (Ed.). (1985a). Handbook of discourse analysis: Disciplines of discourse (Vol. 1). London: Academic Press.

______. (Ed.). (1985b). Handbook of discourse analysis: Dimensions of discourse (Vol. 2). London: Academic Press.

______. (Ed.). (1985c). Handbook of discourse analysis: Discourse of dialogue (Vol. 3). London: Academic Press.

______. (Ed.). (1985d). Handbook of discourse analysis: Discourse analysis in society (Vol. 4). London: Academic Press.

Edgar, A. & Sedgwick, P. (2006). Cultural theory: The key concepts. Edisi kedua. London and New York: Routledge.

Elfira, M. (2008). Vasilisa Maligina karya A. M. Kollontai: Sebuah rekonstruksi atas konsep maskulinitas Rusia. Jurnal Wacana, 10(1), 40-49.

Finnegan, R. (1992). Oral traditions and the verbal arts: A guide to research practices. London: Routledge.

Fox, J. J. (1986). Bahasa, sastra, dan sejarah: Kumpulan karangan mengenai masyarakat pulau Roti. Jakarta: Djambatan.

Genette, G. (1980). Narrative discourse: An essay in method. New York: Cornell University Press.

Jakobson, R. (1992). Linguistik dan bahasa puitik. Dalam P. Sudjiman dan A. V. Zoest (Ed.), Serba-serbi semiotika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jendra, W. (2002). Sistem pewarisan ajaran agama Hindu (budaya) melalui pemakaian bahasa yang segar dan efektif. Dalam Austronesia: Bahasa, budaya, dan sastra. Denpasar: C.V. Bali Media.

Lord, A. B. (2000). The singer of tales. Edisi kedua. Cambridge: Harvard University Press.

Oakley, A. (1972). Sex, gender, and society. London: Temple Smith.

Ong, W. (1982). Orality & literacy: The technologizing of the word. London: Routledge.

Palm, H. (1961). Ancient art of the Minahasa. Jakarta: Gita Karya.

Pudentia, M. P. S. S. (Ed.). (2015). Metodologi kajian tradisi lisan. Edisi keempat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sibarani, R. (2014). Kearifan lokal: Hakikat, peran, dan metode tradisi lisan. Edisi kedua. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Simatupang, L. (2013). Pergelaran: Sebuah mozaik penelitian seni-budaya. Yogyakarta: Jalasutra.

Stern & Henderson. (1993). Performance studies: Text and context. California: Longman Publishing Group.

Vansina, J. (1973). Oral tradition: A study in historical methodology. Edisi ketiga. H. M. Wright (Terj.). Middlesex: Penguin Books Ltd.

Warokka, D. (2004). Kamus bahasa daerah Manado-Minahasa: Indonesia-Manado-Tountemban-Tolour-Tonsea-Tombulu. Jakarta: Alfa Indah.

Wenas, J. (2006). Sejarah Maengket. Dalam Buku panduan seminar nasional tari Maengket. Jakarta: Panitia Seminar Nasional Tari Maengket.

Copyright (c) 2017 Jultje Aneke Rattu

Refbacks

  • There are currently no refbacks.