KETAHANAN SOSIAL MASYARAKAT DI PERBATASAN : STUDI KASUS DI PULAU SEBATIK

Muhammad Fakhry Ghafur

Abstract

The border is a strategic area that has an important role to build and to defend a country’s sovereignty. Through this concept, the role of a border is very important, especially if it was associated with the improvement of a quality of society’s life in terms economic, social, political, cultural, environment, defense, and security. A border is an interaction area between globalization and locality which happens in daily life. The progress of a community life in border areas is expected to improve the social resilience in responding the most significant global pressure. Therefore, in order to build a border area, social resilience is needed as it is a very important aspect, especially in Sebatik Island. This paper reviews the potential of social resilience in border area, especially in Sebatik Island
that is directly adjacent with Malaysia in both land and sea, by using the qualitative analysis approach and how to manage any potential in the border area to support economic, social, and political development for other areas.


Keywords: social resilience, border areas, Sebatik


ABSTRAK


Daerah perbatasan merupakan suatu kawasan yang sangat strategis dan berperan penting dalam membangun serta mempertahankan kedaulatan wilayah negara karena merupakan garda terdepan suatu negara bangsa modern. Melalui arsitektur batas wilayah ini, peran perbatasan sangat strategis, terutama jika dikaitkan dengan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan maupun pertahanan dan keamanan. Wilayah perbatasan merupakan arena interaksi antara globalisasi dan lokalitas yang terjadi setiap
hari. Kemajuan kehidupan masyarakat perbatasan diharapkan akan meningkatkan ketahanan masyarakat dalam merespons tekanan global yang paling nyata. Oleh karena itu, membangun daerah perbatasan secara optimal sangat penting untuk meningkatkan ketahanan masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, tulisan ini mengkaji potensi ketahanan masyarakat di perbatasan, khususnya di Pulau Sebatik yang berbatasan langsung,
baik darat maupun laut, dengan Malaysia dan metode pengelolaan setiap persoalan yang ada di perbatasan sehingga dapat menjadi pendorong perkembangan ekonomi, sosial, politik, dan budaya bagi daerah lainnya.


Kata kunci: ketahanan sosial, perbatasan, Sebatik

Keywords

Ketahanan Sosial

Full Text:

PDF

References

Alami, A. N. (2013). Strategi pembangunan wilayah perbatasan melalui pengelolaan sumber daya alam berbasis gender. Jakarta: P2P LIPI

(Laporan penelitian).

Bakar, M. A. (2006). Menata pulau-pulau kecil perbatasan. Jakarta: Kompas Gramedia.

BPS Kabupaten Nunukan. (2015a). Kecamatan Sebatik dalam angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

BPS Kabupaten Nunukan. (2015b). Kabupaten Nunukan dalam angka 2015. Diakses pada 5 Agustus 2016 dari www.nunukankab.bps.go.id.

BPS Kabupaten Nunukan. (2015c). Kecamatan Sebatik Barat dalam angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

BPS Kabupaten Nunukan. (2015d). Kecamatan Sebatik Tengah dalam angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

BPS Kabupaten Nunukan. (2015e). Kecamatan Sebatik Timur dalam angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

BPS Kabupaten Nunukan. (2015f). Kecamatan Sebatik Utara dalam angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

Booth, A. (2001). Pembangunan: Keberhasilan dan kekurangan. Dalam D. K. Emmerson (Ed.). Indonesia beyond Soeharto: Negara, ekonomi, masyarakat, transisi. Jakarta: Gramedia.

BPS Kabupaten Nunukan. (2015). Potret usaha pertanian Kabupaten Nunukan menurut subsektor. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan.

Murray, K. & Zautra, A. (2012). Community resilience: Fostering recovery, sustainability, and growth. New York: Spinger Science and Businness Media.

Saleh, M. H. (2015) Dinamika masyarakat perbatasan eksistensi perantau Bugis di Pulau Sebatik Kalimantan Utara: Perspektif cultural studies. Jurnal Borneo Administrator, 11(1).

Setiawan, B., Bandiyono, S., Sudiyono, dan Saekarni, M. (2012). Kompleksitas pembangunan dan strategi pemberdayaan keluarga di perbatasan Sebatik. Yogyakarta: Penerbit Elmatera.

Siburian, R. (2012). Pulau Sebatik: Kawasan perbatasan Indonesia beraroma Malaysia. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 14(1).

Tirtosudarmo, R. dan Haba, J. (2005). Dari Entikong sampai Nunukan: Dinamika daerah perbatasan Kalimantan-Malaysia Timur (Serawak dan

Sabah). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Dokumen

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nunukan Nomor 25 Tahun 2011.

Internet

Carlson, L., Bassett, G., Buehring, W., Collins, M., Folga, S., Haffenden, B., Petit, F., Phillips, J., Verner, D., & Whitfield, R. (2012). Resilience: Theory and application, Argonne: Argonne National Laboratory. Diakses dari www.ipd.

anl.gov/anlpubs/2012/02/72218.pdf.

Gerfert, S. (2009). Cross-border cooperation: Transforming borders. Diakses pada 4 Maret 2015 dari http://essay.utwente.nl/60149/1/BSc_S_Getfert.pdf

Hidayanto, M. (2016). Potensi ketahanan pangan Pulau Sebatik sebagai pulau kecil wilayah perbatasan di Kalimantan Utara. Diakses pada 30 Agustus 2016 dari http://www.litbang.pertanian.go.id/buku/membangun -kemandirian-pangan/BABIV/BAB-IV-5.pdf

Lee, S. & Forss, A. (2011). Dispute resolution and cross-border cooperation in Northeast Asia: Reflections on the nordic experience (Asia Paper). Stockholm: Institute for Security and Development Policy. Diakses pada 17

September 2016 dari http://isdp.eu/content/uploads/publications/2011_lee-forss_disputeresolution-and-cross-border-cooperation.pdf.

Mengintip Perbatasan Negeri di Pulau Sebatik. (2015). http://www. ujungmimpi.com/2015/05/pulausebatik-mengintip-perbatasan.html.

Sebatik. (2016). Diakses pada 10 Agustus 2016 dari http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktoripulau/index.php/public_c/pulau_info/297.

Puryanti, L. & Husain, S. B. (2011). A people-state negotiation in a borderland: A case of the Indonesia-Malaysia frontier in Sebatik Island.

Jurnal Wacana, 13(1).

Sakdapolrak, P. (2016). The concept of social resilience. Diakses pada 17 September 2016 dari www.transre.org.

Suparman. (2016, 11 Juni). Wawancara oleh Fakhry Ghafur dengan warga Sebatik Tengah.

Copyright (c) 2017 Masyarakat Indonesia

Refbacks

  • There are currently no refbacks.