THE UNBROKEN LEGACY: AGRARIAN REFORM OF YUDHOYONO’S ERA

Lilis Mulyani

Abstract

Di saat pemerintahan yang baru akan segera dipilih, Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sebetulnya masih menyisakan beberapa “pekerjaan rumah” yang cukup besar bagi pemerintahan baru. Sebuah program (dan visi) mengenai reforma agraria telah dilaksanakan dalam bentuk proyek rintisan (pilot project) sejak tahun 2007 meskipun kenyataan memperlihatkan bahwa pelaksanaan program ini mendapat banyak tantangan. Sebagai sebuah visi pemerintahan, diujicobakannya program reforma agraria di beberapa daerah sangat menarik, karena telah lama “reforma agraria” dipetieskan, belum lagi tantangan yang kemudian muncul karena saat ini pemerintah telah terlalu berat berpijak pada sistem ekonomi pasar bebas, sementara di sisi lain masih amat tergantung pada pola-pola kolonial yang mengandalkan industri ekstraktif atas pengelolaan sumber daya alam. Pola-pola industri ekstraktif ini terbukti membawa keuntungan bagi sektor yang mengelolanya sehingga ketika ada suatu program yang membutuhkan elemen terpenting dari industri itu, yaitu tanah dan sumber daya agraria untuk diredistribusikan pada masyarakat miskin, resistensi sektoral kemudian menguat. Dengan menggunakan pendekatan sosio-legal, tulisan ini mencoba mendalami bagaimana peninggalan pemerintahan-pemerintahan yang lalu berupa industri ekstraktif dan pengelolaan sektoral dalam sumber daya agraria, menjadi penghalang dilaksanakannya programprogram berbasis agrarian, termasuk program reforma agraria, baik secara ideologi maupun secara kelembagaan.


Kata kunci: Reforma agraria, land reform, Pemerintahan SBY, pengelolaan sumber daya agrarian, institusi ekstraktif

Full Text:

PDF
Copyright (c) 2016 Masyarakat Indonesia

Refbacks

  • There are currently no refbacks.