HARMONI DAN KETAHANAN KULTURAL DALAM TRADISI LISAN TYARKA DI KEPULAUAN BABAR, MALUKU BARAT DAYA

Mariana Lewier

Abstract

This paper had been carried out to expose the cultural survivorship of oral tradition tyarka in Babar Archipelago, South West Mollucas as a cultural heritage based on its language aspect and performance,
defense, and inheritance. The endurance or cultural survivorship of the linguistic aspect is expressed through the creativity of the production of poetic expression, while the performance aspect is examined based on the situation of the performance and audience participation. The defense and inheritance of the tyarka is revealed in connection with Babar’s collective memory. This paper is the result of a qualitative research using an etnography method. The data were focused on the tyarka performance in Eastern Babar and Masela Island without neglecting the others in Babar Archipelago. By analizing the oral and poetic expression, it was found that the structure and composition of tyarka have repeating patterns in the old language plurality in Babar Archipelago. The plurality of old languages used and understood by the indigenous people of Southwest Maluku shows a mutually acceptable harmony of life.
1 Tulisan ini merupakan ringkasan disertasi yang berjudul “Kesintasan Tradisi Lisan Tyarka di Kepulauan Babar, Maluku Barat
Daya (2016). The structure of tyarka describes “tree and edgeâ€
philosophy which is its survival methaphore. As a ritual performances that are believed to be sacred, the oral tradition of tyarka have been developing significant after the formation of
Southwest Maluku Regency. The endeavour to defend and inherit tyarka showed the concern and appreciation of the community toward their ancesor and its regeneration. This became a cultural force of the Babar community as an archipelago society that maintained unity and involvement.


Keywords: harmony and cultural survivorship, oral tradition, Tyarka, inheritance


ABSTRAK

Tulisan ini mengungkapkan harmoni dan ketahanan kultural tradisi lisan tyarka di Kepulauan Babar Maluku Barat Daya sebagai suatu warisan budaya yang dilihat dari aspek kebahasaan dan pertunjukan, serta pemertahanan dan pewarisannya. Ketahanan atau kesintasan kultural dari aspek kebahasaan diperlihatkan melalui kreativitas produksi ekspresi puitik, sedangkan aspek pertunjukan dikaji berdasarkan situasi pertunjukan dan partisipasi penonton. Pemertahanan dan pewarisan tyarka diungkap dalam kaitan dengan memori kolektif masyarakat Babar. Tulisan ini merupakan hasil penelitian bertipe kualitatif dengan menggunakan metode etnografi. Data penelitian difokuskan pada pertunjukan tyarka dari Babar Timur dan Pulau Masela dengan tetap memperhatikan data tyarka dari pulau lainnya di Kepulauan Babar.
Temuan yang diperoleh dari analisis kelisanan dan ekspresi puitika menunjukkan struktur dan komposisi tyarka yang memiliki pola perulangan baku dalam pluralitas bahasa tua di Kepulauan Babar. Pluralitas bahasa tua yang digunakan dan dapat dipahami oleh masyarakat adat Maluku Barat Daya menunjukkan harmoni kehidupan yang saling berterima. Struktur tyarka menggambarkan falsafah “pohon dan ujung†yang merupakan metofora kesintasannya. Sebagai sebuah pertunjukan ritual yang diyakini kesakralannya, tradisi lisan tyarka mengalami perkembangan yang cukup signifikan setelah terbentuknya Kabupaten Maluku Barat Daya. Upaya untuk mempertahankan dan mewariskan tyarka menunjukkan sikap kepedulian yang didasari penghargaan dan penghormatan terhadap tradisi leluhur dalam kesinambungan antargenerasi. Hal ini menjadi suatu kekuatan kultural masyarakat Babar sebagai masyarakat kepulauan yang tetap menjaga kesatuan dan keterikatan secara adat.

Kata Kunci: harmoni dan ketahanan kultural, tradisi lisan, Tyarka, pewarisan

Keywords

harmony and cultural survivorship, oral tradition, Tyarka, inheritance

Full Text:

PDF

References

de Jonge, Nico dan Toos van Dijk. (1995). Forgotten Islands of Indonesia: the art and culture of the Southeast Moluccas. Rijksmuseum vor Volkenkunde, Leiden. Hongkong: Periplus.

Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln (eds.). (1994). Hanbook of Qualitative Research. Diterjemahkan oleh Dariyatno, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fetterman, David M. (2010). Ethnography: Step-bystep. Edisi ketiga. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washington DC: Sage.

Finnegan, Ruth. (1992). Oral Traditions and the Verbal Arts: A Guide to Research Practices. New York: Routledge.

Foley, John Miles. (1988). The Theory of Oral Composition: History and Methodology. Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press.

Foley, John Miles. (1995). The Singer of Tales in Performance. Bloomington dan Indianapolis:Indiana University Press.

Fox, James. (1986). Bahasa, Sastra, dan Sejarah: Kumpulan Karangan mengenai Masyarakat Pulau Roti. Jakarta: Djambatan.

Fox, James (ed.). (1988). To Speak in Pairs: Essay on the Ritual Languages of Eastern Indonesia. Cambridge: Cambridge University Press.

Fox, James (ed.). (1997). The Poetic Power of Place: Comparative Perspective on Austronesian Ideas of Locality. Canberra: Departement of Antrophology with association with The Comparative Austronesian Project Research School of Pasific and Asian Studies The Australian National University.

Jakobson, Roman. (1960 [1987]). "Linguistics and Poetics". In Pomorska, K. & Rudy, S. Roman Jakobson, Language in Literature. pp. 62-94. Cambridge, Mass., London, England: The Belknap Press of Harvard University Press.

Kadarisma, A. Effendi. (1999). "Wedding Narratives as Verbal Art Performance: Explorations in Javanese Poetics". Dissertation. University of Hawai'i.

Kadarisman, A. Effendi. (2010). Mengurai Bahasa Menyibak Budaya. Malang: UIN-Maliki Press.

Lewier, Mariana dan Aone van Engelenhoven. (2013). "Sung Memories: Composing and Performing Traditional Songs in Southwest Maluku (Indonesia)".[Paper, Semiotics of Parallelism Panel, The 7th EUROSEAS Conference, Institituto Superior de Ciências Sociais en Políticas, University of Lisbon, 2-5 July.]

Lewier, Mariana. 2015. "Tradisi Lisan Tyarka: Harmoni dalam Keragaman Bahasa Tua di Kepulauan Babar Maluku Barat Daya". Prosiding Seminar Internasional LIPI di Jakarta, 25-26 November 2015.

Lord, Albert Bates. (2000). The Singer of Tales. Cambridge, Massachusetts London: Harvard University Press.

_____________. (1995). The Singer Resumes The Tale. (Mary Louise, Lord, ed). Ithaca & London: Cornell University Press.

Madden, Raymond. (2010). Being Ethnographic: A Guide to the Theory and Practice of Ethnography. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washington DC: Sage.

Moore, Robert. (2013). "Reinventing Ethnopoetics" dalam Journal of Folklore Research, Vol. 50, No. 1-3, Special Triple Issue: Ethnopoetics, Narrative Inequality, and Voice: The Legacy of Dell Hymes (January/December 2013), pp. 13-39. Dipublikasikan oleh Indiana University Press, http://www.jstor.org/stable/10.2979/jfolkrese. 50.1-3.13 Diakses pada

/12/2013, 22:30.

Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Shanghai Foreign Language Education Press.

Newmark, Peter. (1988). A Textbook of Translation. Shanghai Foreign Language Education

Press.

Ong, Walter J. (1982). Orality and Literacy: The Technologizing of the Word. London and New York: Routledge.

Romuty, J. N. (1967). "Arti dan Fungsi Pela di Ilwjar Wakmjer (Pulau-Pulau Babar)". Tidak Diterbitkan. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta-Cabang Ambon.

Salenussa, Peter Boris. (2013). Dominasi Penerapan Nyanyian Adat di Desa Letwurung Maluku Barat Daya. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Simatupang, Lono. (2013). Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.

Spradley, James. (2006). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sweeney, Amin. (1987). A Full Hearing: Orality and Literacy in the Malay World. Berkeley: University of California Press.

Sweeney, Amin. (2011). "Pucuk Gunung Es. Kelisanan dan Keberaksaraan dalam Kebudayaan Melayu-Indonesia." Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia dan Majalah Sastra Horison.

van Dijk, Toos. (2000). Gouden Eiland in de Bandazee: Socio-kosmische ideeën op Marsela, Maluku Tenggara, Indonesië. Leiden: Onderzoekschool voor Aziatische, Afrikaanse en Amerindische Studies (CNWS) Universiteit Leiden.

van Dijk, Toos and Nico de Jonge. (1991). "Bastas in Babar Imported Asian Textiles in a South-East Mollucan Culture" in Indonesian Textiles-Symposium 1985. Ethnologica. Cologne.

van Engelenhoven, Aone. (2004). Leti, a Language of Southwest Maluku. Leiden: KITLV Press.

van Engelenhoven, Aone. (2010). "Lirasniara, the sung language of Southwest Maluku (East-Indonesia)", dalam Jurnal Wacana Vol. 12 No. 1 (April 2010): 143-161.

van Engelenhoven, Aone. (2012). "The Spoor of Mythical Sailfish: Narrative Topology and Narrative Artefacts in Southwest Maluku (Indonesia) and Tutuala (East-Timor).

Watloly, Aholiab. (2005). Maluku Baru: Bangkitnya Mesin Eksistensi Anak Negeri. Yogyakarta: Kanisius.

Watloly, Aholiab, dkk. (2012). Budaya Kalwedo di Maluku Barat Daya. Ambon: Balai Pelestarian Nilai Budaya.

Zuhdi, Susanto, dkk. (2015). Sejarah dan Tradisi Lisan Orang Tanimbar: Suatu Pemetaan Memori Kolektif sebagai Perekat dan Identitas Masyarakat Kepulauan. Ambon: Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon.

-----------Babar Timur dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya.

---------- Maluku Barat Daya dalam Angka 2011. Saumlaki: Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

---------- Maluku Barat Daya dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Barat Daya.

Copyright (c) 2018 Masyarakat Indonesia
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.